Keistimewaan Para Nabi dan Rasul
BERIMAN KEPADA PARA RASUL
Keistimewaan Para Nabi dan Rasul ‘alaihimush shalatu was salam:
Para nabi dan rasul ‘alaihimush shalatu was salam adalah manusia paling suci hatinya, paling cerdas akalnya, paling benar imannya, paling baik akhlaknya, paling sempurna agamanya, paling kuat ubudiyahnya, paling sempurna tubuhnya, dan paling tampan rupanya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengkhususkan mereka dengan beberapa keistimewaan, yang terpenting adalah:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih mereka dengan wahyu dan risalah.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
قال الله تعالى: اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ [الحج/75]
Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia …[Al-Hajj/22:75]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ [الكهف/110]
Katakanlah:”Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa”. [Al-Kahfi/18:110]
2. Sesungguhnya mereka dipelihara dari kesalahan pada apa-apa yang mereka sampaikan kepada manusia yaitu aqidah dan hukum. Jikalau mereka keliru, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala meluruskan mereka kepada yang haq dan benar.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4) عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5) [النجم/1- 5]
Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. [An-Najm/53:1-5]
3. Sesungguhnya mereka tidak bisa diwaris setelah kematian mereka.
عن عائشة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «لا نُورَثُ، مَا تَرَكْنَا صَدَقةً». متفق عليه.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kami tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan menjadi sedakah.’ Muttafun ‘alaih.[1]
4. Mata mereka tidur dan hati mereka tidak tidur.
عن أنس رضي الله عنه في قصة الإسراء-وفيه- فقال أنس: وَالنَّبِيُ- صلى الله عليه وسلم- نَائِمَةٌ عَينَاهُ، وَلا يَنَامُ قَلْبُهُ، وَكَذَلِكَ الأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ، وَلا تَنَامُ قُلُوبُهُمْ. أخرجه البخاري
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dalam cerita Isra`: ‘Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur kedua matanya tetapi tidak tidur hatinya. Demikian pula para nabi, mata mereka tidur tapi hati mereka tidak tidur.”HR. al-Bukhari.[2]
5. Sesungguhnya mereka diberi pilihan di antara dunia dan akhirat saat akan meninggal dunia.
عن عائشة رضي الله عنها قالت: سمعت رسول الله- صلى الله عليه وسلم- يقول: «مَا مِنْ نَبِيٍّ يَمْرَضُ إلا خُيِّرَ بَينَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ». متفق عليه
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak ada seorang nabi yang sakit kecuali diberi pilihan antara dunia dan akhirat.” Muttafaqun ‘alaih.[3]
6, Mereka dikuburkan di tempat mereka meninggal dunia.
عن أبي بكر رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله- صلى الله عليه وسلم- يقول: «لَنْ يُقْبَرَ نَبِيٌّ إلا حَيْثُ يَمُوتُ». أخرجه أحمد
Dari Abu Bakar Radhiyallahu anhu, ia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak akan dikuburkan seorang nabi kecuali di tempat ia meninggal dunia” HR. Ahmad.[4]
7. Bumi tidak dapat memakan jasad mereka.
عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
Dari Aus bin Aus Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya hari terbaik kalian adalah hari Jum’at…’
Dan dalam hadits ini: Para sahabat bertanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ يَقُولُونَ بَلِيتَ
Hai Rasulullah, bagaimana shalawat kami diperlihatkan kepadamu sedangkan engkau telah hancur? Mereka mengatakan: engkau telah hancur.
Beliau menjawab:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengharamkan jasad para Nabi kepada bumi.” HR. Abu Daud.[5]
8. Mereka tetap hidup di kubur mereka dan melakukan shalat.
عن أنس رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «الأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِي قُبُورِهِم يُصَلُّونَ». أخرجه أبو يعلى
Dari Anas Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Para Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap hidup di kubur mereka, melaksanakan shalat.’ HR. Abu Ya’la.[6]
عن أنس رضي الله عنه أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- قال: «مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الكثيبِ الأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ». أخرجه مسل
Dari Anas Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku melewati Musa Alaihissallam pada malam aku diisra`kan di sisi tumpukan pasir merah sedang shalat di dalam kuburnya.” HR. Muslim.[7]
9. Istri-istri mereka tidak boleh dikawini setelah mereka.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا … [الأحزاب/53]
Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. [Al-Ahzaab/33:53]
Wajib beriman kepada semua nabi dan rasul. Barang siapa kafir kepada salah seorang dari mereka, berarti dia kafir kepada semuanya. Wajib membenarkan apa-apa yang shahih dari mereka yaitu berita-berita mereka, mengikuti mereka dalam kebenaran iman, sempurna tauhid dan akhlak yang baik. Dan wajib mengamalkan syari’at nabi yang diutus kepada kita dari mereka, yaitu penutup dan sebaik-baik yang diutus kepada semua manusia dan alam semesta, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قال الله تعالى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا [النساء/136]
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’aladan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [An-Nisaa/4`:136]
Manfaat beriman kepada para Nabi dan Rasul
Mengenal rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya dan perhatian-Nya kepada manusia. Di mana Dia Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul kepada manusia yang memberi petunjuk untuk menyembah Rabb, dan bagaimana manusia menyembah-Nya.
Di antaranya: Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat ini.
Di antaranya: mencintai rasul dan memuji mereka tanpa berlebihan; karena mereka adalah utusan-utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala, beribadah kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya, dan memberi nasihat kepada hamba-hamba-Nya.
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Tauhid dan keimanan التوحيد والإيمان ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] HR. al-Bukhari no. 6730 dan ini lafazhnya, dan Muslim no 1757
[2] HR. al-Bukhari no. 3570
[3] HR. al-Bukhari no 4586 dan ini lafazhnya, dan Muslim no. 2444
[4] Shahih. HR. Ahmad no. 27. lihat Shahih al-Jami’ no. 5201
[5] Shahih. HR. Abu Daud no 1047, Shahih Sunan Abu Daud no. 925
[6] HR. Abu Ya’la no 3425. lihat: as-Silsilah al-Ahadits Shahihah no. 621
[7] HR. Muslim no. 2375
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/98404-keistikewaan-para-nabi-dan-rasul.html